Sebuah kisah hidup penuh kesenangan dan kebahagiaan, begitulah yang seringkali dipamerkan di media sosial. Mulai dari liburan mewah hingga gaya hidup glamor, semua terlihat begitu sempurna. Namun, di balik layar keindahan tersebut, tersimpan realitas pahit yang tak terungkap.
Saat cicilan datang menghampiri, tiba-tiba semua jadi terasa hambar. Kebahagiaan palsu pun terbongkar, digantikan oleh tekanan dan kecemasan. Kita jadi terjebak dalam jeratan utang yang semakin menggunung.
Setiap senyum dalam foto di media sosial seolah berteriak, "Semua ini hanyalah kepura-puraan!" Kita rela minjem sana-sini hanya untuk menjaga image yang rapuh. Ternyata, kebahagiaan yang terlihat begitu nyata hanyalah topeng kebohongan.
Setiap bulan, kita harus merelakan sebagian besar pendapatan untuk membayar cicilan. Mimpi pun terasa semakin jauh, terkubur oleh tanggung jawab finansial yang membelenggu. Setiap langkah terasa berat, seakan setiap napas kita diukur dengan selembar uang.
Tak heran jika stres dan kegelisahan pun menjadi teman akrab. Kita terjebak dalam lingkaran setan utang, tanpa ujung dan tanpa harapan. Kehidupan yang seharusnya penuh warna, kini terasa kelabu dan suram.
Namun, di tengah keputusasaan dan kegundahan, ada sinar kecil yang masih bersinar. Kebahagiaan sejati tak tergantung pada selembar plastik atau angka di rekening bank. Ia ada di dalam diri kita, menunggu untuk ditemukan dan dirayakan.
Saat kita mampu melepas beban utang dan cicilan yang membelenggu, itulah saat kebebasan sejati bisa dirasakan. Kita belajar untuk hidup sederhana namun berarti, menghargai setiap momen tanpa harus menyamar dan berpura-pura.