Di era digital, banyak program atau individu yang menawarkan layanan “gratis” dengan dalih membantu masyarakat. Salah satu yang paling sering dijumpai adalah internet gratis. Sekilas tampak mulia, tapi tahukah Anda bahwa tindakan ini bisa merusak ekosistem bisnis lokal
Di banyak daerah, terutama perumahan dan kampung, jaringan internet dibangun oleh pelaku usaha lokal—seperti RT/RW Net—yang memulai dari nol: investasi perangkat, kabel, router, hingga bayar listrik dan gaji teknisi. Ketika tiba-tiba hadir internet gratis di wilayah tersebut, pelanggan langsung berpaling. Usaha lokal pun kehilangan pemasukan drastis, padahal mereka yang selama ini menjaga konektivitas warga.
Pihak yang memberi gratis seringkali tidak punya tanggung jawab jangka panjang. Ketika ada gangguan, masyarakat tidak tahu harus mengadu ke siapa. Berbeda dengan pengusaha lokal yang biasanya punya teknisi standby dan komunikasi langsung dengan pelanggan.
Bisnis lokal tidak berdiri sendiri. Ketika satu usaha mati, banyak elemen ikut terdampak: teknisi kehilangan kerja, toko alat jaringan kehilangan pembeli, bahkan operator warnet kecil atau usaha yang tergantung koneksi lokal ikut lesu. Satu layanan gratis bisa menggoyang rantai ekonomi mikro yang sudah stabil.
Jika akses layanan selalu diberikan gratis oleh pihak luar, anak muda dan pelaku UMKM jadi enggan membangun usaha serupa. Mereka merasa tidak akan bisa bersaing dengan “gratisan”. Padahal, semangat kewirausahaan inilah yang menjadi fondasi ekonomi lokal yang mandiri dan tangguh.
Saat masyarakat dimanjakan dengan sesuatu yang gratis, mereka cenderung tidak menghargai proses. Mereka tidak sadar bahwa di balik layanan yang baik ada biaya operasional yang harus ditanggung. Akibatnya, muncul pola pikir pasif dan ketergantungan tinggi terhadap pihak luar — bukan kolaborasi, bukan swadaya.
Niat baik pun bisa berdampak buruk jika tidak ditempatkan pada tempatnya. Internet gratis tanpa strategi jangka panjang dan tanpa melibatkan pelaku lokal justru dapat merusak ekosistem bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Solusinya Bangun kolaborasi, bukan dominasi. Dukung pelaku lokal agar tetap tumbuh, bukan disingkirkan oleh kepentingan jangka pendek.