Di era digital seperti sekarang, jualan VPS (Virtual Private Server) udah kayak jual gorengan. Semua orang bisa. Tinggal beli server dari luar, rebrand, bikin landing page, tempel harga murah, langsung jadi "provider".
Tapi ketika mulai ada komplain Ketika pelanggan nanya ini-itu soal teknis
Langsung panik. Langsung lempar tanggung jawab ke kata sakti: "self-managed".
Dan dari sinilah terlihat jelas, mana yang beneran niat buka jasa VPS, dan mana yang cuma gaya-gayaan biar keliatan keren di bio Instagram.
Banyak yang pasang label “24/7 Support” di website mereka, padahal kenyataannya...
✅ Direspon jam kerja doang.
✅ Dibalas lama.
✅ Kadang bahkan nggak ngerti masalahnya sendiri.
Pelanggan nanya:
“Kok VPS saya gak bisa konek SSH ya ”
Jawabannya:
“Coba di-reboot dulu kak 😊”
Dan setelah di-reboot tetap gak bisa
“Maaf kak, itu di luar tanggung jawab kami karena ini self-managed.”
Lah Kapan support-nya beneran kerja Apa nunggu pelanggan ngoding sendiri kernel
Banyak "provider" VPS yang nggak ngerti apa-apa soal server. Mereka tahu beli server, tahu jual, tapi gak ngerti:
Perbedaan burst vs guaranteed CPU
Cara diagnose bottleneck disk I/O
Cara handle kernel panic
Atau bahkan… gak ngerti kenapa CPU usage stuck 100%
Ketika pelanggan ngalamin crash terus, jawabannya malah:
“Mungkin karena beban tinggi kak.”
Duh.
Panel yang dipakai seringkali yang gratisan, versi trial, atau open source tanpa optimasi.
Yang penting bisa login dan kelihatan canggih. Padahal fitur rebuild sering error, grafis monitoring macet, dan status disk kadang gak muncul.
Pelanggan klik "Rebuild OS", malah stuck.
Ngadu ke support, dibalas:
“Silakan coba 30 menit lagi ya kak.”
Dan itu berulang tiap hari.
Pelanggan baru dikasih IP, username root
, dan password. Udah.
Tanpa dokumentasi.
Tanpa panduan dasar install panel, setup firewall, monitoring dasar, atau konfigurasi DNS.
Kalau nanya
“Silakan cari tutorialnya di YouTube ya kak. Kan self-managed.”
Mantap. Lo jualan server, tapi edukasinya lempar ke YouTuber.
Nah ini klasik. Giliran pelanggan kecewa dan minta refund, langsung keluar jurus ampuh:
“Maaf, tidak ada pengembalian dana untuk layanan digital.”
Padahal pelanggan gak minta refund karena iseng. Tapi karena layanan yang dikasih gak layak pakai.
Enak banget, jualan bisa, gak mau bantu bisa, refund pun ogah.
Ini bisnis atau jebakan betmen
Feed IG dan Telegram isinya promo tiap hari:
🔥 “VPS 1GB cuma 15rb/bulan!”
🔥 “Diskon 50% semua server!”
🔥 “Gratis setup panel!”
Tapi pas nyari info:
Gak ada status server
Gak ada info uptime
Gak pernah update changelog
Bahkan web-nya kadang down karena pakai hosting gratis
Pelanggan bukan cuma mau murah. Mereka mau layanan yang bisa diandalkan.
Sebagian besar “provider” ternyata reseller dari penyedia luar, kadang dari OVH, Hetzner, atau provider Singapura, tapi di-claim sebagai data center lokal.
Pas server down, jawabannya:
“Mohon maaf, sedang ada gangguan di pusat.”
Pusat mana Nggak tahu. Cuma bisa nunggu sambil ngeles.
Kalau kamu cuma jualan VPS karena “kayaknya cuan” atau “temen gue juga bisa”, tapi gak mau:
Belajar teknis
Nyiapin support real
Punya dokumentasi
Atau siap nerima kritik pelanggan
Mending jangan.
Ini bukan soal bisa jual, tapi siap tanggung jawab.
ISP dan provider yang layak dipercaya bukan yang paling murah, tapi yang paling siap mental ketika ada masalah.
Self-managed itu bukan alasan buat lari dari tanggung jawab.
Itu justru bukti kamu harus punya fondasi kuat sebagai penyedia.
Kalau semua pertanyaan dijawab “silakan atur sendiri ya kak”,
terus gunanya lo jualan apa
Kalau artikel ini nyentil, bagus.
Karena mungkin saatnya kamu berhenti jualan VPS buat gaya-gayaan, dan mulai jadi provider yang benar-benar bisa diandalkan.