Lo pikir jaringan internet itu muncul begitu aja kayak sulap Coba sesekali lihat ke atas. Lihat tuh—ada orang naik tower setinggi langit, dengan harness seadanya, helm bolong, dan harapan hidup yang digantungin ke baut karatan. Itu teknisi RTRW NET, bro. Bukan Spiderman. Bukan stuntman. Tapi pekerja real yang tiap hari dag-dig-dug ditagih sinyal.
Pelanggan ngeluh: “Mas, internet saya putus nih!”
Lalu Si teknisi langsung naik tower, padahal hujan gerimis, angin kenceng, dan sambaran petir say hello dari kejauhan. Sumpah, kadang rasanya kayak lagi syuting film survival.
Tapi ya gimana…
“Yang penting pelanggan nyaman.”
Kalimat sakti itulah yang bikin mereka rela naik tower monopole setinggi 30 meter, cuma buat ngencengin konektor, bersihin POE, atau ganti kabel yang digigit kelelawar. Demi upload TikTok-an kamu tetap lancar. Demi Netflix kamu gak buffering. Demi Zoom meeting kamu gak nge-lag pas lagi presentasi di depan bos.
Dan kamu
Cuma bisa komplain: “Kok lama sih, Mas ”
Padahal baru 15 menit lalu kabelnya digunting maling.
Lucunya lagi, teknisi ini gak punya BPJS Ketenagakerjaan, gak ada asuransi jiwa, bahkan helm pun beli sendiri. Tapi tiap kali disuruh naik tower, mereka bilang:
“Gas aja, bro. Yang penting koneksi hidup.”
Gila. Ini bukan kerja. Ini pengorbanan.
Dan ironisnya, yang berkorban ini malah dianggap remeh. Kadang dituduh lambat, kadang dimarahin pelanggan, kadang disangka sinyal bisa dibenerin lewat WA.
Padahal faktanya jelas:
Teknisi RTRW NET itu pejuang sinyal.
Taruhan nyawa, demi kamu bisa nonton drakor sampai nangis.
Kalau kamu masih bisa buka Instagram, sambil ngopi santai di teras, coba kirim salam hormat buat mereka yang sekarang lagi nangkring di puncak tower.
Karena sinyal itu gak jatuh dari langit.
Ada nyawa yang digadaikan di baliknya.